Rabu, 08 Februari 2017

Memang kamu Bima?


Bima Dewanto
Jakarta, December 12 1996

 Tolong didengarkan baik-baik yang sudah lahir dari Rahim ibu Kartini. Kamu ini pemberian dari tuhan yang diturunkan ke bumi untuk membantu yang kesulitan. Bantu apa yang bisa kamu kerjakan, jika itu sudah mencapai batas kemampuanmu maka tinggalkan berlatih lah.

            “Tapi saya cuma bisa Photoshop. Illustrator aja saya gagap.”

            Bukan itu yang saya bicarakan. Ini tentang keikhlasan, bukan kekuatan. Saya tahu kamu cengeng. Makanya tuhan menghidupkan kamu dengan kemampuan yang bisa menutupi kecengengan kamu itu.
            Coba saya liat, katanya kamu mahasiswa sastra di universitas mana itu?
           
            “UNJ.”

            Iya itu maksud saya. Bisa kamu buatkan puisi untuk saya?

            “Puisi kan bukan orderan. Cukup desain aja yang di order. Puisi kan diciptain tergantung suasana.”

            Sudah pintar jawab kamu, ya? Alasan saja. Apa saja yang penting bisa membuktikan kalau kamu mahasiswa sastra. Coba mungkin kamu bisa beradegan?

            “Adegan? Tunggu saja pementasan yang poster-nya ada nama saya sebagai actor. Ngomong-ngomong poster, saya bosan juga mencantumkan nama saya hanya sebagai desain grafis selama bertahun-tahun. Saya kan juga ingin kembali berperan setelah meninggalkan drama waktu SD dulu.”

            Loh? Kenapa baru bilang sekarang? Berarti memang dari kecil kamu sudah ada darah sastra. Kenapa tidak dilanjutkan lagi adegan-adegan mu itu? Sayang bakat. Walaupun kekosongan kamu sudah diisi dengan desain yang kamu buat itu, tapi setidaknya kamu harus kasih tau bahwa kamu bisa yang lain.
           
            “Itu masalah lama. Saya kan sempat menjadi anak-anak di sinetron. Yang dikekang orangtuanya itu loh. Saya malah disuruh ikut beladiri. Imbasnya, saya hanya bertahan dua bulan.”

            Ya sudah, sekarang kan sudah bebas. Kamu mau bernyanyi untuk saya? Katanya kamu ini… apa itu yang kemarin kamu bilang?
            “Musisi software”

            Iya itu.

            “Sudahlah, sudah terlalu banyak kunci dari obrolan ini tentang diri saya. Saya harus menyisahkan kolom untuk bakat-bakat selanjutnya yang mungkin akan saya pelajari”

            Ah kamu ini, bisa saja menghindar. Memang bakat apa lagi yang sedang kamu pelajari terakhir ini?

            “Spesial!”

            Apa?

            “Menggambar lingkaran dengan sempurna.”



 G-Mail : Bima Dewanto 
Instagram : @tuhkanbima 
Soundcloud : Bima Dewanto
Share:

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.