Terbangunlah Ranum dari tidurnya
melihat singa yang masih lelap disamping tubuhnya. Mengulet perlahan menikmati
bau pasir dan bulu singa yang bergerak tertiup angin pagi perlahan. Ranum
mengelus-elus punggung singa kesayangannya dan mencoba membangunkan singa itu
dari tidurnya. Tak lama ketika singa bangun dari tidur, Ranum mengucapkan
sapaan selamat pagi ramah kepadanya. Terlihat semakin dekat, singa itu kini
merangkul Ranum dengan rangkulan hangat yang terlihat seperti kucing dan
manusia, bukan singa.
Ranum beranjak dari tempat tidurnya
dengan menggenggam selimut satin merah kumuh yang membalut mulai dari dada
hingga atas tumit. Berjalan lurus menuju sumber air yang terletak tidak jauh
dari tempat telentangnya kini. Sumber air yang merupakan sebuah kolam yang
memuat sekitar enam orang. Kolam dengan air berwarna hitam pekat yang kini
berisikan dua wanita didalamnya sedang mengobrol menikmati candaan pagi sambil
membasahi tubuh mereka. Ranum menyapa dengan hangat sambil melepas selimut yang
dikenakannya tanpa rasa malu mempertontokan badannya yang mulus langsing
berwarna coklat keemasan. Rambutnya yang terurai kering, tetapi masih terlihat
indah jika dilihat bersamaan dengan wajahnya yang cantik tajam.
"Bukan hari yang pantas untuk
bekerja," kata salah satu wanita berambut hitam yang berada didalam kolam.
Ranum hanya tersenyum manis mengiyakan
perkataannya.
Setelah semua selimut terlepas dari
tubuhnya, dan diletakkan di salah satu dahan pohon disamping kolam, Ranum
menyeburkan dirinya masuk ke dalam kolam hitam itu. Ditenggelamkan seluruh
tubuhnya hingga kini tidak nampak sehelai rambut pun dari permukaan kolam.
Setelah sekitar sepuluh menit berlalu, Ranum perlahan menampakkan kembali ujung
kepala hingga dadanya.
Dilihatnya kedua wanita yang sudah
ada di dalam kolam sebelum ia datang kini menghilang. Pertanda bahwa kedua
wanita itu telah selesai membasuh dirinya dan kini kembali ke kamar mereka
masing-masing. Kini tingga Ranum seorang diri termenung didalam kolam.
Mengusapkan air berwarna hitam itu ke setiap sisi di wajahnya. Merasakan
kesejukan saat air itu mengalir dari setiap sisi kulitnya.
Ketika Ranum melirik kesebelah
kanan kolam, dilihatnya si singa berjalan mendekatinya. Menjilati lengan tangan
Ranum dan perlahan mencelupkan tubuhnya ikut masuk ke dalam kolam hitam itu. Ranum
kembali menyapa singa lebih ramah daripada sapaan pagi tadi. Kini mereka berdua
berada didalam kolam. Menikmati setiap aliran air yang membasahi kedua
tubuhnya.
Perlahan Ranum mendekatkan wajahnya
dihadapan si singa. Menikmati setiap udara yang berhembus melewati celah antara
wajahnya dan singa. Memejamkan mata secara perlahan dan memiringkan wajahnya. Ranum
menikmati setiap gerak bibirnya terbuka. Begitupun dengan singa yang perlahan
memejamkan matanya. Membuka kecil mulutnya yang penuh dengan bulu kumis dan
taring yang tajam. Kini masing-masing bibir mereka menempel satu sama lain.
Menikmati hangatnya sentuhan antara bibir Ranum dan moncong singa. Tidak ada
lagi angin pagi yang berembus di antara kedua wajah mereka karena kulit mereka
telah menyatu sama lain. Ranum menikmati setiap kehangatan dari moncong singa
itu, melumatnya sebagaimana manusia berciuman pada umumnya.
Singa itupun menikmati setiap kulit
bibir yang ditempelkan pada moncongnya. Lumatan bibir Ranum terhadapannya
membuatnya nyaman. Melupakan bahwa dirinya adalah hewan buas yang memiliki
taring tajam. Ia bisa melumat kembali bibir bahkan seluruh tubuh Ranum hingga
tidak tersisa satu daging pun. Tapi singa malah menikmati apa yang diberikan Ranum
kepadanya. Perlahan, tangan Ranum mendekap kepala singa sehingga ia bisa
melumat moncongnya lebih dalam.
Begitupun singa yang mendekap
pinggul Ranum sehingga bisa lebih dekat dengan perutnya. Singa dan Ranum kini
terlihat bagaikan sepasang kekasih yang sedang melampiaskan gairahnya di dalam
sebuah kolam berdua. Mereka terlihat seperti satu cinta yang sedang melampiaskan
nafsunya pada pagi hari.
Desahan Ranum yang membuat suasana
semakin panas. Singa mendekap lebih erat dimana tangannya kini sudah berada di
punggun Ranum. Ia mengepalkannya karena tidak mau cakarnya melukai Ranum.
Begitupun dengan taringnya yang disembunyikan agar lidah Ranum yang sedang bermain
di dalamnya merasa nyaman.
___
Malam itu ketika bulan menunjukkan
setengah sisi keemasannya, menerangi sebuah daratan pepohonan kering dengan
pasir sebagai alasnya. Ranum berdiri dengan gagahnya pada barisan depan sebuah
pasukan dengan senjata tajam yang kebanyakan terbuat dari batang-batang pohon
dan batu besar. Suara riuh kelompoknya menandakan semangat yang membara
meneriakkan sebuah lantunan sorak sorai menandakan siap untuk bertempur.
Dibalut dengan satin merah yang
megah membuat Ranum dipandang sebagai seorang pimpinan yang bijak. Tanpa
mahkota, tetapi pundaknya mampu membuat orang terenyah bahwa ia adalah ratu
dari kelompoknya.
Terdengar suara ricuh dari seberang
sana yang lebih berat dari suara kelompoknya. Bergemuruh meneriakkan semangat
dari kelompoknya yang terdengar sangat sangar. Kelompok keamanan desa yang
berniat mengusir Ranum dan kawanannya dari daerah itu. Diduga Ranum dan kawanannya
telah membuat para lelaki berdatangan untuk melihat lekuk tubuh dari
kawan-kawannya dan membuat risau para istri di desa akan kejadian itu. Ranum
dan kawanannya akan dipindahkan ke sebuah rumah tinggal dimana mereka akan
diurus layaknya narapidana yang terlibat kasus pelacuran.
Pengeras suara memancarkan teriakan
dari kepala petugas. Membuat aba-aba untuk maju lebih cepat agar dapat melawan Ranum
dan kawanannya lebih dekat. Tidak diduga olehnya, sebuah bara api muncul
mendekati salah satu sisi kiri dari daerah itu. Sebuah bola api yang
ditembakkan oleh petugas untuk membakar sebagian daerah. Ranum dan kawan-kawannya
semakin mempersiapkan diri untuk maju dan berlari melawan petugas brengsek itu.
Pasukan semakin dekat jaraknya
hingga Ranum kini bertatapan dengan salah satu kepala petugas. Ditatapnya mata
petugas itu dengan tatapan tajam miliknya. Sebuah mitos mengatakan bahwa
kekuatan Ranum untuk menaklukan pria sangat sakti. Ia mampu menghinotis ribuan
pria hanya dengan sekali tatap. Sudah banyak korban jiwa berjatuhan akibat
tatapan mata Ranum untuk semua pengunjung laki-laki yang tidak diundang datang
ke daerahnya.
Tapi untuk kali ini, Ranum merasa
aneh. Mata lelaki yang bertatapan dengannya tidak merespons apapun seperti Ranum
biasa menatap lelaki lainnya. Ia merasa bingung dan terpaku melihat lelaki itu.
Ketika si lelaki membuka penutup wajahnya, Ranum terperanjak kaget mengenali
wajah itu.
Seorang lelaki yang dulu pernah
membuatnya tenggelam dalam kisah yang manis dengan janji yang membelai hati Ranum
sehingga bisa percaya akan arti cinta sejati. Ranum yang terhanyut akan ciuman
pertama dengan lelaki itu kini harus mampu memusnahkannya dengan tatapan kedua
matanya. Namun, lelaki itu tahu kelemahan Ranum yang mana ia tidak akan mampu
membuat lelaki itu terpedaya dengan ketajaman matanya. Bahwa Ranum ternyata
tidak bisa bersentuhan dengan baja. Sedangkan sekarang, tangan dari lelaki itu
dibalut dengan baja yang kuat sehingga ia mampu menggenggam punggung Ranum dan
membuat kekuatannya perlahan hilang.
Sebagian besar petugas kini telah
gugur dengan perlawanan dari wanita-wanita kelompok Ranum. Para wanita membuat
petugas lemas dengan lekuk tubuh yang dipamerkannya. Petugas keracunan oleh
liur yang diberikan oleh sekelompok wanita dengan cara mencumbunya hingga tidak
sadarkan diri.
Kini tingga Ranum dan lelaki itu.
Dengan tenang, ia mengangkat kedua tangannya dan menggenggam udara lalu
dipukulkan tepat didepan wajah lelaki yang sedang berhadapan dengannya.
Ternyata ia memiliki kekuatan rahasia pemberian leluhur neneknya. Ranum
mengutuk lelaki itu menjadi seekor kucing yang lemah tidak berdaya. Namun,
karena tubuh Ranum yang semakin melemah dan baja dari tangan lelaki itu tidak
terkalahkan, akhirnya mantra Ranum berbelok. Perlahan-lahan lelaki yang
disihirnya tadi berubah menjadi seekor singa jantan yang gagah dengan bulu-bulu
keemasan disekujur tubuhnya. Lelaki itu kini meringkih akan sakitnya tubuh ketika
perlahan berubah dan menumbuhkan bulu-bulu baru secara mendadak.
Penyesalan menghampiri Ranum dan
membuatnya terbelalak mendengar sebuah ucapan yang sama sekali tidak ia
duga-duga. Suara rintihan dari sang singa yang membuatnya bergidik dan mematung
menatap kedua matanya dalam-dalam.
"Saya disini untuk mengantar rindu
dan menyampaikan kepada kamu untuk mengubahnya menjadi sebuah maaf."
___
Setelah semua tubuh singa
dijelajahi oleh Ranum, ia berbisik kepadanya dengan nada halus. Menyampaikan
ribuan sayang tepat didepan salah satu telinga si singa. Membuat singa itu
menitihkan air mata tanda cinta dan mengecup kening Ranum saat bersamaan.
Mereka berdua beranjak dari kolam
hitam itu. Ranum kembali mengenakan kain satinnya dan berjalan menuju tempat ia
tidur sebelumnya. Sebelum singa meninggalkannya, Ranum sempat berkata kepada
singa.
"Katakan pada ribuan singa di
dunia, bahwa cinta dapat mengaum keras kala keduanya bersenggama."
Jakarta, 25
Desember 2016
Lawson Binus
0 komentar:
Posting Komentar