This time I’m gonna take the crown
Without falling down, down, down...”
Semua wangi berbeda, tetapi orang akan menciumnya sama. Tebaran parfum, wangi lipstik, aroma bedak, dan bau khas eyeshadow menyebar lewat udara menutupi oksigen sehat dalam ruangan yang menampung setidaknya tiga puluh pemangsa kecantikan. Di sini ia duduk memandang cermin melihat dirinya yang masih pucat kemerahan akibat foundation yang belum dibalut dengan lapisan-lapisan pelengkapnya. Menggengam sebuah kuas khusus pipi yang digeletakkan di atas meja. Berpikir sejenak, mengingat-ingat, memandang masa lalu. Kenapa ia bisa disini, tanya hatinya. Kenapa harus ia, tanya kembali.Kenapa harus cantik?
Disamping
meja riasnya yang bertuliskan namanya sendiri “Nilam”, ia melihat sekotak
bening berbahan mika yang terbuka dengan isi kapas didalamnya. Awalnya ia kira
itu digunakan sebagai pembersih make-up, tetapi
seorang wanita bergaun kuning yang dilihatnya, hanya tulang yang ia miliki.
Kulitnya menempel kuat pada tulang-tulangnya. Ia tidak melihat daging dalam
diri wanita itu. Kurus, kering, hingga pipinya seperti tertarik kedalam mulut. Wanita
itu mengambil kapas dalam kotak tadi dan menengadahkan kepalanya. Satu tangan
memegang hidung dan tangan lainnya memasukkan kapas dengan perlahan-lahan
kedalam mulutnya. Tanpa dikunyah, tangannya membantu kapas itu agar masuk
langsung ke kerongkongannya. Wajahnya memerah, lehernya yang hanya terlihat
selang kerongkongan menunjukkan kapas yang berhasil masuk kedalamnya. Setelah
satu gumpalan kapas masuk dan kepalanya kembali dalam posisi awal, wanita itu
melihatnya yang sedang duduk di meja rias. Menunjukkan rasa tidak suka
diperhatikan seperti itu seakan-akan menelan kapas sudah menjadi kebiasaannya.
Ia
kembali menatap cermin, meratakan foundation
yang kini perlahan mengering pada wajahnya. Secara perlahan sembari berpikir
kembali akan keberadaannya disini. Mendekatkan wajahnya pada cermin untuk
melihat lebih jelas detail contour pada
pertengahan hidungnya agar terlihat tajam. Kembali ia melihat seorang wanita
dengan gaun berwarna merah yang memantulkan bayangannya pada cermin didepannya
sekarang. Ia melihat wanita bergaun merah tersebut bermasalah dengan sebuah
korset. Sepertinya ia meresahkan perut yang ia anggap menganggu ketika ia
menggunakan gaun yang ia kenakan yang mana gaun itu masih terpasang hanya pada
bagian pinggang kebawah. Ia berteriak kepada salah satu petugas wardrobe untuk mencarikan korset yang
lebih kecil agar perutnya tidak menonjol. Sebenarnya yang terlihat tidak
seperti apa yang ia rasakan. Perutnya tidak menonjol separah buncit. Sebenarnya
perut itu normal adanya, tapi ia masih merasa tidak nyaman. Ia semakin
berteriak kencang memanggil-manggil petugas wardrobe
yang hingga sekarang belum kembali membawakan sebuah korset baru yang lebih
kecil.
Kembali
ia fokus dan melepaskan pandangannya dari wanita bergaun merah tersebut. Kembali
meratakan foundation yang semakin
kering akibat terlalu lama dibiarkan. Setelah semuanya rata, ia membuka sebuah
bedak dan menyapukan rata pada wajahnya. Seketika ia mencium bau aneh yang
berbeda dari bau kosmetik lainnya. Bau sangit seperti aroma kabel yang
mengeluarkan percikan api. Diperhatikan sekelilingnya, tetapi tidak ada orang
yang panik satupun. Ditelusuri bau itu hingga ia menemukan satu lagi wanita
bergaun biru yang sedang duduk tidak jauh dari meja riasnya.
Wanita
itu duduk dengan santainya menyender pada tembok dibelakangnya. Tanpa
memperhatikan orang banyak yang berlalu lalang pada ruangan ini, salah satu kakinya
diangkat hingga celana dalamnya terlihat jelas. Wajahnya terlihat tidak segar
walaupun dilihat dari jauh. Matanya memerah dan hitam pada bagian kantung mata.
Sesekali wanita bergaun biru itu menatapnya tajam tapi tidak peduli apa yang
akan dilakukannya. Wanita itu menggenggam sebuah kain panjang yang digulungkan
pada pergelangan tangannya tepatnya di bagian atas lengannya. Digulung hingga
kain itu kini mengikat kencang lengannya sampai darah sudah susah untuk
mengalir. Ia mengambil satu botol kecil berukuran obat batuk anak, tetapi botol
itu terlihat tidak rapih pada kemasannya. Tidak ada label merk atau apapun yang
menandai bahwa botol itu adalah obat yang jelas. Setelahnya, ia mengambil
suntikan dan menyerapkan air dalam botol itu. Perlahan mengarahkan jarumnya
mendekat menuju lengan yang sudah terikat tadi. Memasukkan jarum itu dan
mendorong perlahan suntikan hingga cairannya masuk kedalam tubuhnya.
___
Blonder hair,
flat chest
TV says, “Bigger
is better.”
South beach,
sugar free
Vogue says,
“Thinner is better.”
Penonton
bersorak tepuk tangan sesuai dengan arahan beberapa kordinator. Tirai terbuka
sehingga panggung menunjukkan tiga baris wanita yang semuanya mengenakan gaun
panjang, rambut yang digerai, wajah yang berwarna, dan senyum yang sengaja
dipasang. Kaki mereka menahan sakit berdiri di atas sepatu hak setinggi delapan
senti. Tubuh mereka menahan dingin akibat gaun yang memperlihatkan lipatan pada
dada. Kuping mereka tertarik sepasang anting yang menjulur sepanjang sepuluh
senti ditambah bandulan cantik di bawahnya.
Pembawa
acara berbicara, memberikan beberapa kalimat untuk memulai pertunjukan. Musik
pengiring dimainkan dan si penyanyi mendendangkan lagunya. Satu persatu dari
mereka berjalan melenggok dari sisi belakang panggung menuju depan semakin
dekat dengan penonton. Ribuan mata menatap kagum kepada setiap wanita yang
berjalan lurus mengitari panggung. Senyum manis yang dipasang mendadak ketika
namanya dipanggil.
Dalam
sesi tanya jawab, diujilah kecerdasan setiap kontestan yang hadir dalam
panggung malam ini. Mengeluarkan semua kemampuannya dalam sesi ini (kata
iklan). Padahal yang mereka ingat, dua hari sebelum pertunjukan diadakan rapat
dan memberikan masing-masing kontestan satu lembar kertas yang bertuliskan tigapuluh
pertanyaaan lengkap dengan jawabannya. Kontestan diharapkan menghapal jawaban
tersebut lengkap dengan intonasi, gaya bicara, hingga detail pada setiap kata
dalam kertas itu.
___
Pretty hurts
We shine the light on
whatever’s worst
Perfection is a desease
of a nation
We try to fix something
but you can’t fix what you can’t see
It is the soul that
needs a surgery
Akhir
acara pun tiba, pengumuman yang dinantikan semua kontestan akhirnya tiba. Ketika
semua juri telah sepakat dan memberikan laporan keputusannya kepada pihak
panitia, hasilnya diserahkan kepada pembawa acara. Sudah tertera dua nama
pemenang yaitu Juara 1 dan Runner Up.
Saat-saat
menegangkan tiba. Pembawa acara mulai menyingkirkan beberapa nama kontestan
hingga akhirnya tersisa dua nama. Tidak disangka olehnya, ternyata namanya
terpanggil bersama satu orang wanita yang tadi menyuntikkan cairan aneh
dibelakang panggung. Sangat berbeda responsnya ketika terakhir ia melihatnya. Senyum
lebar terpampang seakan-akan mengajaknya untuk bersanding berdua didepan
panggung sebagai calon juara.
“Dan
penghargaan ini jatuh kepada...”
Suasana
tegang kembali hadir. Semua isi ruangan mengharapkan harapannya masing-masing
akan kontestan yang terpilih menjadi juara.
Pembawa
acara sekali lagi menyebutkan kalimat yang sama guna menambah suasana tegang
dalam panggung.
Air
mata menetes pada beberapa orang yang kemungkinan adalah kerabat dari salah
satu kontestan. Musik pengiring menambah suasana tegang yang dibuat untuk settingan penonton.
___
Ia
teringat masa lalu ketika kontes kecantikan yang lebih rendah dari ini, tetapi
bisa mengantarnya menuju kontes yang ia jalani sekarang. Situasi yang sama
ketika ia berdiri bersama temannya untuk menentukan salah satu pemenang kontes
tersebut. Ketika suasana tegang sudah mulai terbangun sehingga matanya memerah
tanda haru dan penasaran akan keputusan juri saat itu.
Malangnya,
pembawa acara tidak menyebutkan namanya melainkan nama teman disampingnya. Ia
merasa gagal dalam kontes tersebut dan menjadi yang kedua. Dengan hati yang
tidak lapang, ia mencoba tersenyum lebar dan memeluk temannya yang diutus
menjadi juara. Seluruh penonton bersorak menyambut juara baru tahun itu. Kedua
orangtuanya naik ke atas panggung memeluk erat putrinya yang menjadi juara baru
kontes kecantikan. Bunga dan plastik keemasan berjatuhan dari atas panggung
diikuti beberapa balon penambah aksen kemeriahan acara itu.
Tapi
beberapa saat kemudian, semua juri berdiri dan naik ke panggung. Bukan untuk
memberikan selamat melainkan menghampiri pembawa acara. Seketika terjadi
keributan kecil diatas panggung antara pembawa acara, para juri, dan salah satu
pihak acara. Semua mata yang tadinya memandang sang pemenang baru beralih
kepada kerumunan keributan itu.
Setelah
meredam, para juri kembali ke mejanya dan pembawa acara merapihkan pakaiannya
yang berantakan. Keringat sudah mengucur dari ujung kepala hingga badannya
sehingga membuat kemeja yang dikenakan basah kuyup akibat keringat. Wajahnya
memerah seakan-akan alergi menyerang.
Diangkatlah
pengeras suara mendekati mulutnya dan ia bersuara dengan gugup. Mengucapkan
penyesalan dan maaf yang sebesar-besarnya. Semua orang terheran akan kata-kata
yang dikeluarkan. Setelah itu, ia mengumumkan kekeliruan pembacaan yang ia
lakukan. Ia salah membaca bahwa pemenang bukanlah wanita yang ia sebutkan
melainkan dirinya. Pembawa acara menjelaskan kembali, bahwa wanita yang kini
diduga pemenang ternyata adalah juara kedua. Sedangkan juara pertama ialah Nilam.
Semua
orang kaget dan merasa kecewa akan kesalahan itu. Begitupun ia yang sangat
bersalah akan temannya padahal kesalahan bukan ada padanya melainkan pembawa
acara.
___
Pengumuman
masih berlanjut. Ia menunggu dan cemas agar kejadian kontes sebelumnya tidak
terulang. Ia tidak ingin berada di posisi temannya yang menjadi bekas pemenang karena salah sebut.
Namun,
sebelum pembawa acara menyebutkan sebuah nama untuk pemenang, wanita disebelahnya
bertingkah aneh. Wajahnya memucat dan mulutnya perlahan mengeluarkan busa
putih. Sepertinya ini adalah reaksi dari obat yang ia suntikkan di tangannya
tadi.
Semua
panik melihat kejadian itu. Seketika pengumuman dilupakan karena semua terfokus
pada wanita itu. Pertolongan segera datang menjemputnya dan dibawalah ia menuju
belakang panggung. Kini lampu panggung padam dan acara tidak jelas susunannya. Ia
kecewa untuk kedua kalinya. Harapan untuk salah sebut nama memang tidak
terulang, tapi keadaan seperti ini malah membuatnya merasa basiakan kontes kecantikan manapun.
Semua
bohong akan wanita adalah cantik. Semua palsu akan kecantikan yang dibanggakan,
kecantikan yang diuji, kecantikan yang disandingkan.
Semua
wanita cantik, bukan dari manapun melainkan dari naluri.
Jakarta,
24 Desember 2016
Bima
Dewanto
Terinpirasi dari lirik lagu Pretty Hurts - Beyonce
Terinpirasi dari lirik lagu Pretty Hurts - Beyonce
0 komentar:
Posting Komentar