Saat ini,masyarakat
sering kali berbicara dengan lancar namun lupa bahwa yang mereka katakan tidak
sepenuhnya menggunakan satu bahasa terutama bahasa Indonesia. Bahasa Inggris
sering kali menjadi alternatif lain untuk mengungkapkan sesuatu yang sulit
mereka katakan dalam bahasa Indonesia. Banyak orang mengganti satu kata atau
lebih dalam satu kalimat yang mereka ucapkan untuk berkomunikasi dengan orang
di sekitarnya.
Ambil saja contoh dari
suatu percakapan yang paling umum kita dengar. Penggunaan kata ‘which’ untuk menggantikan kata hubung
dalam bahasa Indonesia.
“Soalnya
asep rokok kan bahaya which is kalo masuk paru-paru, kita akan….”
Belum
lagi beberapa kata ganti benda yang sering kali kita dengar/baca dalam suatu
percakapan. Para pekerja kantoran merupakan tokoh yang sering kita dengar
sering mengganti kata-kata itu kedalam bahasa asing. Mereka mengganti kata
kantor menjadi office dimana makna
kantor mereka anggap sama seperti kantor kelurahan, kantor kecamatan, dan
lainnya. Sementara makna office mereka
anggap merujuk kepada sebuah menara yang setiap lantainya terdapat perusahaan
tempat para karyawan itu bekerja. Kata rapat menjadi meeting. Dimana makna rapat mereka anggap sama dengan diskusi
sesama pengurus Karang Taruna. Sementara meeting
maknanya merupakan rapat sesungguhnya di kantor.
Bagaimana
dengan kalangan remaja yang kini menjadi tokoh yang sering menggunakan media?
Sebagian besar dari mereka juga sering mengganti kata bahkan satu kalimat
sekaligus dalam percakapan sehari-hari.
“Hape gue ke-lock” satu contoh kalimat
yang terdapat bahasa asing di dalamnya.
“Gue kan jadi feel guilty banget” satu
contoh kalimat yang terdapat dua bahasa asing sekaligus.
Sekarang,
mari kita lihat satu kalimat yang sering diucapkan remaja untuk berkomunikasi
yang seutuhnya merupakan bahasa asing.
I love you; Oh my god!; Really?
Sangat
banyak contoh lain penggunaan bahasa asing di masyarakat. Dari kasus ini, kita
seharusnya sadar bahwa bahasa Indonesia kini tidak sepenuhnya bahasa Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar